/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-10/ani974.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-10/ani974.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ Animated Hello Kitty

Senin, 08 Juni 2015

Kebijakan pemerintah,masalah pokok perekonomian china dan investasi


Kebijakan Pemerintah
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. [1]
China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.  Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai dan ditutup pada level terkuatnya 9.660 setelah mencapai level terlemahnya 9.705 dari posisi pembukaan 9.700 per dolar AS.  Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (8/2) ditutup menguat 20 poin (0,20%) ke angka 9.660-9.670 dari posisi kemarin 9.680-9.690.
sentimen China cukup ampuh menghalau sentimen Eropa, Australia, dan Jepang.  Sebab, China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia dan juga merupakan negara tujuan utama ekspor di Asia.  Surplus neraca perdagangan China mengalami kenaikan ke level USD 29,2 miliar. Angka ini lebih tinggi dari prediksi USD 22 miliar meskipun lebih rendah dari publikasi sebelumnya USD 31,6 miliar.Selain itu, baik ekspor maupun impor China mengalami pertumbuhan yang signifikan. Ekspor China naik sebesar 25% dari sebelumnya 14,1%. Begitu juga dengan impor yang naik signifikan 28,8% dari sebelumnya 6%.  Data inflasi China cukup melegakan karena naik 2% atau lebih rendah dari sebelumnya 2,5%.  Data inflasi ini tentu bisa mengurangi kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter di China setelah dua hari lalu Bank Sentral China mengisyaratkan akan mulai fokus pada tekanan inflasi.

Cina tidak terlepas dari kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintahnya, yaitu aliran modal yang masuk ke dalam negeri dan sistem nilai tukar tetap yang diberlakukan oleh Cina. Aliran modal asing masuk ke Cina melalui berbagai investasi yang ditanamkan oleh para investor di luar negeri.
Berbagai kebijakan yang mendukung masuknya penanam modal asing dikeluarkan oleh pemerintah. Namun seiring berjalannya waktu terjadi perubahan sehingga upah buruh di Cina yang pada awalnya merupakan daya tarik Cina sebagai negara industri dengan upah buruh yang sangat murah menjadi berubah. Hal ini pun menyebabkan menurunnya penerimaan penanaman modal asing dalam bidang manufaktur pada tahun 2007 selain diakibatkan oleh krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat. Kedua hal tersebut menyebabkan mulai banyak investor asing yang menutup usahanya di China karena terbatasnya modal dan tuntutan buruh untuk peningkatan upah mereka.


Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter kuantitatif adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam perekonomian.  Langkah penawaran uang yang ditambah akan menurunkan suku bunga dan akibatnya terjadi perkembangan kegiatan ekonomi sehingga tingkat kesempatan kerja menjadi lebih tinggi dan penganggguran pun akan berkurang.  Selain penawaran uang yang perlu ditambah, pengeluaran agregat perlulah dikurangi sehingga terdapat keseimbangan antara pengeluaran dalam ekonomi dengan jumlah penawaran barang-barang.


Kebijakan Moneter Kualitatif.
Kebijakan moneter kualitatif adalah kebijakan pemerintah (Bank Sentral) yang bertujuan mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank perdagangan.  Tujuan utama kebijakan ini bukanlah untuk mengawasi perkembangan penawaran uang, tetapi untuk mempengaruhi jenis-jenis pinjaman yang diberikan institusi keuangan. Ini memungkinkan bank sentral menggalakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang diharapkan.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
  • Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
  • Pola persebaran sumber daya
  • Distribusi pendapatan
Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.

       Kebijakan Ekonomi Luar Negeri Cina
Munculnya China sebagai kekuatan ekonomi baru didunia tidak lepas dari peran Deng Xiaoping yang dituangkan dalam kebijakan politik dan ekonominya. China sendiri memiliki kebijakan ekonomi yang berbeda dengan Negara lain. Kebijakan ekonomi China menitik beratkan pada promosi dan dukungan yang besar terhadap investasi asing, namun begitu pemerintah tetap memegang kendali atas sektor moneter dan fiskal dengan sistem politik tetap otoriter. Keputusan kongres nasional partai komunis Cina ke 14 pada bulan September 1992 silam, menetapkan mulai dianutnya sistem ekonomi pasar sosialis dengan melakukan reformasi disektor keuangan, investasi, dan perdagangan.
Profesor Zainuddin Djafar dalam bukunya yang berjudul “Indonesia, ASEAN dan dinamika Asia Timur” memaparkan bahwa ada Sembilan kebijakan besar atau yang disebut sebagai The Main Grand Economics Design yang ditekankan oleh Deng Xiaoping. Yaitu:
1. Pengurangan anggaran militer,
2. Subordinasi geopolitik terhadap pertumbuhan ekonomi,
3. Ketergantungan strategis pada Amerika Serikat,
4. Subordinasi ideologi pragmatisme ekonomi,
5. Besar subordinasi politik ke ekonomi,
6. Penerimaan perusahaan asing
7. Ekonomi yang semakin berorientasi pasar,
8. Dorongan persaingan ekonomi domestik,
9. Gambaran ekonomi dan sosial yang berwawasan luar.


KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilaksana oleh pemerintah dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara; artinya pemerintah dapat meningkatkan atau menurun pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional.
KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA
Di dalam analisis makroekonomi dianggap suatu perekonomian berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi ( dan kalau mungkin mencapai penggunaan tenaga kerja ) tanpa inflasi.  Di dalam perekonomi terbuk tujuan itu berarti bahwa usaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi tersebut harus diikuti oleh keadaan neraca pembayaran yang menguntungkan. Neraca pembayaran yang mengalami defisit, pertama,  memperngaruhi kestabilan harga – harga; dan kedua, menimbulkan pelarian modal dan mengurangi investasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan kemunduran dalam kegiatan ekonomi negara. Dengan demikian, di sektor luar negeri kebijakan pemerintah haruslah ditekankankepada menciptakan keseimbangandalam neraca pembayaran yang pada waktu yang sama akan mewujudkan pula tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi.
Berdasarkan sifatnya dalam mempengaruhi perbelanjaan agregat, langkah – langkah yang dapat dilaksanakan pemerintah dapat dibedakan dalam dua golongan :
  1. Kebijakan menekan pengeluaran ( expenditure dampening policy )
  2. Kebijakan memindahkan pengeluaran ( expenditure switching policy )
KEBIJAKAN MENEKAN PENGELUARAN
Yang dimaksudkan dengan kebijakan menekan pengeluaran adalah langkah – langkah pemerintah untuk menstabilkan neraca pembayaran yang sedang dalam keadaan defisit dengan melakukan tindakan – tindakan yang akan mengurangi pengeluaran agregat. Dengan tindakan itu pemerintah berharap impor dapat diturunkan tanpa mengurangi mengurangi ekspor. perubahan seperti itu diharapkan akan memperbaiki neraca pembayaran. Kebijakan menekan perbelanjaan dilandaskan kepada keyakinan behwa ekspor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional, sedangkan impor mempunyai berkaitan yang positif dengan pendapatan nasional –  makin tinggi pendapatan nasional maka makin tinggi impor. Maka kebijakan mengurangi pengeluaran agregat, yang pada umumnya akan menurunkan tingkat pendapatan nasional, pada akhirnya akan mengurangi impor. Sebaliknya ekspor tidak akan mengalami perubahan.
Kebijakan menekan pengeluaran sangat sesuai dijalankan pada waktu perekonomian menghadapi masalah inflasi dan tingkat kegiatan ekonomi yang terlalu tinggi. Dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, kebijakan tersebut akan memperburuk masalah yang dihadapi. Apabila perbelanjaan agregat dikurangi, tingkat kegiatan ekonomi akan semakin menurun dan masalah pengangguran semakin memburuk. Ini merupakan pengorbanan yang terlalu besar untuk menyeimbangkan neraca pembayaran.
Kebijakan menekan dapat dilaksanakan dengan mengambil salah satu atau gabungan langkah – langkah yang dinyatakan di bawah ini :
  1. Menaikkan pajak pendapatan. Pajak pendapatan yang bertambah tinggi akan mengurangi pendapatan disposebel, dan pengurangan tersebut selanjutnya akan menurunkan konsumsi ke atas barang – barang buatan dalam negeri dan barang impor
  2. Menaikkan tingkat bunga. Tingkat bunga yang bertambah tinggi menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan keuntungan yang memuaskan lagi. Ini akan membatalkan niat para pengusaha untuk menenm modal disektor tersebut. Investasi akan berkurang dan ini selanjutnya akan mengurangi pengeluaran agregat.
  3. Mengurangi pengeluaran pemerintah. Tindakan pemerintah ini bukan saja penting untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran, tetapi juga inflasi yang sedang dihadapi. Pengurangan dalam pajak pendapatan dan kenaikkan dalam tingkat bunga tidak akan mencapai tujuannya apabila harga – harga terus meningkat. Untuk mengekang kenaikkan harga – harga, pengurangan dalam pembelanjaan pemerintah adalah sangat penting peranannya. Pada waktu yang sama tujuan untuk  menyeimbangkan neraca pembayaran akan lebih mudah mencapainya.
KEBIJAKAN MEMINDAHKAN PENGELUARAN
Yang dimaksudkan dengan kebijakan memindahkan pengeluaran adalah tindakan – tindakan pemerintah untuk menstabilkan sektor luar negeri yang sifatnya mendorong masyarakat mengurangi impor, melakukan konsumsi yang lebih banyak ke atas barang – barang buatan dalam negeri, dan meningkatkan ekspor. Ketika perekonomian sedang menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran, dan pada waktu yang sama menghadapi masalah pengangguran yang tinggi, kebijakan memindahkan pengeluaran merupakan tindakan pemerintah yang paling sesuai.
Kebijakan tersebut secara serentak dapat mengatasi kedua – dua masalah yang sedang dihadapi. Kebijakan memindahkan pengeluaran dapat dibedakan lebih lanjut kepada dua golongan:
  1. Kebijakan memindahkan pengeluaran secara paksaan, dan
  2. Kebijakan yang memindahkan pengeluaran dengan membuat perangsang – perangsang untuk ekspor.


Masalah pokok  perekonomian china

Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Jenis pengangguran

Berdasarkan jam kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
  • Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
  • Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
  • Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

Akibat pengangguran

Bagi perekonomian negara

  1. Penurunan pendapatan perkapita.
  2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
  3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
  4. Dapat menambah hutang negara.

Bagi masyarakat

  1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
  2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
  3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.


langkah yang bisa dilakukan oleh Negara China untuk mengurangi masalah social yaitu Memberikan subsidi untuk setiap aktivitas yang berbasis unit usaha masyarakat.

Investasi Dan Penanaman Modal

Inflasi
Secara umum, Pengertian inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Kenaikan harga yang bersifat sementara seperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena disaat setelah masa lebaran, harga-harga dapat turun kembali. Inflasi secara umum dapat terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan biasanya hanya sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya.
Penyebab Inflasi
Inflasi disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Penjelasan lebih lanjut untuk kedua penyebab inflasi tersebut adalah sebagai berikut. 

a. Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat (aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap. 

b. Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi. 


Tingkat inflasi China pada Februari 2014 tercatat menurun menjadi 2 persen, setelah pada Januari 2014 tercatat sebesar 2,5 persen. Melambatnya laju inflasi China kemungkinan besar karena kegiatan ekspor China yang juga dilaporkan menurun, sebaliknya kegiatan impornya justru meningkat. Hal ini menyebabkan permintaan barang dalam negeri menjadi berkurang.

Kegiatan ekspor yang menurun tersebut kemungkinan disebabkan karena perekonomian global yang sedang tidak stabil terutama pasca terjadinya perang dingin antara Russia-Ukraina yang masih terjadi hingga saat ini.
Selain itu, penurunan GDP China juga terlihat dari index harga produsen yang juga tercatat menurun menjadi 98,4 setelah sebelumnya tercatat pada level 98,6. Pemerintah China harus segera mengembalikan kepercayaan masyarakat China atas produksi barang dalam negeri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.



Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal.


Departemen Perdagangan China mengungkapkan jika dibandingkan tahun lalu, investasi di Negeri Panda itu selama Februari 2012  turun 0,9% menjadi US$7,73 miliar. Penurunan ini sudah dimuli pada Januari lalu sebesar 0,3%. Sementara itu, perdagangan di luar negeri juga menurun 0,6% ke US$17,7 miliar.

Juru bicara Departemen Perdagangan China Shen Danyang menyatakan dari laporan menunjukkan suramnya investasi asing di China. Hal tersebut karena penurunan permintaan luar negeri, peningkatan biaya operasional, dan kesulitan pendanaan yang dihadapi sejumlah perusahaan. ING Finansial Market menyatakan penjualan di luar negeri sempat tembus US$116 miliar pada tahun lalu, dan kemungkinan akan stabil pada US$100 miliar.

“Investor akan berhati-hati terkait dengan lambatnya pemulihan global. China akan berupaya keras menarik investasi asing karena akan membuka tawaran untuk masyarakat menengah,” ujar Pan Xiangdong, ekonom China Galaxy Securities Co di Beijing, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, Perdana Menteri China Wen Jiabao akan berakhir masa jabatannya pada tahun depan, setelah satu dekade menjabat. Wen menyatakan bahwa negara Tirai Bambu ini harus mengadoopsi perubahan politik sebagai upaya mendukung transformasi eknomi yang berhasil mempercepat pertumbuhan dan kesejahteraan. 

“Tanpa adanya keberhasilan reformasi politik, mustahil untuk melanjutkan reformasi ekonomi. Bahkan ada kemungkinan untuk kehilangan apa yang sudah dicapai,” ujarnya.

Dari Singapura dilaporkan JPMorgan Chase & Co. menyatakan perekonomian China sudah berada pada posisi menurun tajam atau hard landing.

Adrian Mowat, chief Asian and emerging-market strategist JPMorgan Chase & Co. mengajak untuk melihat data perekonomian China.

“Jika anda melihat data eknomi China maka perlu dihentikan perdebatan mengenai hard landing, karena China saat ini sudah dalam posisi hard landing,” tegasnya.

Menurutnya, hal tersebut dilihat dari penurunan penjualan kendaraan, penurunan produksi semen, penurunan produksi baja, dan juga konstruksi. “Jadi sudah tidak perlu perdebatan, karena hal ini adalah fakta,” tegas Mowat.

Indeks Shanghai Composite turun 2,6% pada hari ini, penurunan terbesar sejak 30 November, setelah Perdana Menteri Wen Jiabao menyatakan harga perumahan masih jauh dari tingkat wajar. Komentar itu karena pemerintah akan mengelola pembatasan dari pasar property untuk memperpanjang periode meskipun adanya kekhawatiran pembatasan tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Wen mengumumkan pada konggres di parlemen pada 5 Maret terkait dengan pertumbuhan ekonomi China yang ditargetkan 7,5% pada tahun ini. Turun 8% dari perolehan selama tujuh tahun ini. Data terakhir menunjukkan pabrik di China untuk pertama kalinya dalam dua bulan meningkat, sementara itu peningkatan penjualan retail akan meningkat kurang dari prediksi ekonom, dan inflasi akan dilonggarkan dalam 20 bulan ini.

Mowat menyatakan pada Mei lalu terlihat bahwa risiko anjloknya ekonomi China telah terlihat dari investasi aset di sektor perumahan meningkat, meskipun permintaan untuk properti melemah. Hal ini diartikan bahwa persediaan perumahan akan meningkat dan mendorong terjadinya kontraksi pada kegiatan konstruksi.


Penanaman Modal Dalam Negeri atau (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.


Penanaman Modal Asing atau (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakui sisi perusahaan


Penanaman modal asing (PMA) China setahun penuh turun untuk pertama kalinya sejak 2009 karena pertumbuhan ekonomi melambat dan relokasi investor ke pasar lain dengan ongkos buruh yang lebih murah.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) China di Beijing pada Rabu (16/1) melaporkan PMA turun 4,5% pada Desember 2012 dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$11,7 miliar, sementara PMA sepanjang 2012 turun 3,7% menjadi US$111,7 miliar.

Namun, pada saat yang sama investasi China ke luar negeri melonjak hingga rekor tertinggi. Kemendag melaporkan investasi non-keuangan China ke luar negeri naik 28,6% menjadi US$77,2 miliar.

Daya tarik China sebagai destinasi PMA secara bertahap mulai pudar seiring dengan kenaikan harga lahan dan ongkos buruh. Namun, pemerintah justru menggunakan sebagian cadangan devisanya, yang mencapai US$3,3 triliun itu, untuk berinvestasi di luar negeri.

Menurut HSBC Holdings Plc. peralihan investasi langsung ini akan menguntungkan negara lain seperti Indonesia dan Vietnam. "Ini adalah tren yang tak terelakkan ongkos buruh akan terus meningkat di China," kata Shi Lei, analis Founder Securities Co.

PMA China turun 5,4% ke US$8,3 miliar dari November 2012, sedangkan investasi ke luar negeri dari China naik 25% menjadi US$62,5 miliar dalam 11 bulan pertama 2012. "Negara ini akan menjadi tempat yang tidak ideal bagi manufaktur menengah ke bawah," ujar Shi.

Peran PMA di China mulai berkurang saat pemerintah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu menggenjot anggaran belanja untuk pembangunan infrastruktur domestik dan pertumbuhan kredit.

Menurut Ekonom HSBC Trinh Nguyen dalam laporan pada 9 Januari 2013, manufaktur padat karya internasional mulai meninggalkan China menuju negara-negara Asia yang lain. Dia mengungkapkan aliran investasi tekstil ke China turun 18,9% pada kuartal I/2012, sementara aliran investasi manufaktur ke Indonesia naik 66%.

Sumber :